Krisis Layanan Dasar di RSUD Cilegon: Antrean Panjang di Tengah Slogan Modernisasi

banner 120x600

CILEGON, WILIP.ID – Dari pukul enam pagi, loket RSUD Kota Cilegon sudah dipenuhi warga yang berharap segera mendapat giliran berobat. Namun hingga siang hari, banyak yang masih duduk menunggu, menatap papan antrean yang berjalan lambat. Pemandangan ini tak asing: antrean panjang, wajah letih, dan keluhan yang berulang.

Ironi kian terasa bila mengingat jargon besar yang pernah digaungkan Pemkot Cilegon: Smart City, cakupan Universal Health Coverage (UHC), hingga pelayanan 24 jam di tiap puskesmas. Janji-janji yang semestinya menghadirkan kemudahan justru terasa jauh, saat kenyataan menunjukkan pasien masih harus berjibaku dengan sistem layanan dasar yang tersendat.

Menjawab kritik itu, manajemen RSUD Cilegon akhirnya buka suara. Humas RSUD Kota Cilegon, Yoyo, menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan pasien dalam beberapa hari terakhir. Ia menegaskan, gangguan layanan bukan disebabkan kelalaian, melainkan adanya proses pembaruan sistem informasi rumah sakit.

“Mohon izin dan mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Saat ini sedang ada pergantian dan maintenance sistem informasi rumah sakit,” ujar Yoyo, Senin (29/9/2025).

Menurutnya, tim teknis dan tim ahli sedang mempercepat migrasi sistem agar segera pulih. Yoyo memastikan, layanan medis tetap berjalan meski ada keterlambatan akibat kendala teknis. “Pasien tetap dilayani. Kami berupaya semaksimal mungkin agar kondisi ini cepat teratasi,” tambahnya.

Klarifikasi itu memang memberi penjelasan, tetapi tak serta-merta menenangkan publik. Kritik tetap menggema: jika digitalisasi yang diagung-agungkan justru menambah antrean, di mana letak efektifitas program Smart City dan UHC yang pernah dielu-elukan?

Di satu sisi, rumah sakit sedang berbenah. Di sisi lain, warga masih menjadi korban keterlambatan pelayanan. Di sinilah ujian kepemimpinan daerah: memastikan hak dasar kesehatan berjalan tanpa terganjal jargon atau gangguan teknis.

Karena bagi masyarakat, kesehatan bukan sekadar slogan dalam spanduk, melainkan kebutuhan sehari-hari yang tak bisa ditunda. Pertanyaannya kini: kapan antrean panjang itu benar-benar berakhir, dan kapan teknologi yang dijanjikan benar-benar berpihak pada pasien?

 

(Has/Red*)