CILEGON, WILIP.ID – Kota Baja kembali menghunus tradisinya. Setelah dua tahun panggung budaya itu gelap, Golok Day 2025 dipastikan akan digelar di Alun-alun Cilegon, pertengahan November mendatang.
Sekretaris IPSI Cilegon, Fatur Sadli, menyebut gairah acara ini sudah terasa jauh sebelum panggung dibuka. “Beberapa daerah sudah menyatakan siap hadir, mulai dari Bekasi, Bandung, Tasikmalaya, hingga Jawa Barat. Mereka datang dengan sukarela untuk ikut memeriahkan Golok Day,” ujar Fatur, Kamis, 2 Oktober 2025.
Golok Day bukan sekadar festival. Ia adalah ruang perjumpaan para pendekar, ajang silaturahmi perguruan silat, sekaligus perayaan identitas Cilegon. Tahun ini, agenda yang disiapkan padat: kirab pendekar dari rumah dinas wali kota menuju alun-alun, festival pencak silat melibatkan delapan kecamatan dan tamu dari luar daerah, seminar kerajinan golok, hingga temu 219 perguruan silat, termasuk Perguruan Silat Militer (PSM) TNI.
Perjalanan Golok Day tak selalu mulus. Pertama kali digelar pada 2016 dengan dukungan APBD, acara ini sempat tumbuh menjadi magnet budaya tahunan. Namun pandemi 2020–2021 memaksa panggung itu kosong. Pada 2022, Golok Day bertahan seadanya, digelar swadaya tanpa sokongan anggaran. Dua tahun berikutnya, 2023 dan 2024, sunyi kembali menyelimuti Cilegon.
Tahun ini, tradisi itu dihidupkan lagi. “Golok bukan sekadar senjata, tapi simbol harga diri dan kebanggaan,” begitu pesan utama panitia. Narasi itu menjadi benang merah penyelenggaraan: dari Cilegon, warisan leluhur ditegakkan, semangat kesatria dibangkitkan, dan jiwa juang dipupuk untuk Indonesia yang lebih kuat.
Golok Day 2025 juga sengaja digelar berdekatan dengan HUT TNI. Simbol yang dipilih jelas: perayaan ini bukan hanya soal seni dan budaya, tapi juga momentum memperkokoh persatuan.
“Dengan semangat Golok, kita perkokoh persatuan! Dari Kota Baja, kita tunjukkan jati diri bangsa,” ujar Fatur menegaskan.
Pemerintah Kota bersama aparat keamanan sudah menyiapkan pengamanan khusus. Kirab, festival, hingga seminar diproyeksikan bukan sekadar tontonan, melainkan ruang edukasi budaya bagi generasi muda.
Bagi warga Cilegon, golok bukan hanya sebilah besi bermata tajam. Ia adalah marwah, martabat, dan kebanggaan. Dari pusaka itu lahir pesan yang lebih besar: kebersamaan, keberanian, dan keteguhan menjaga warisan bangsa.
(Elisa/Red*)